Wednesday, April 18, 2007

PUDARNYA PESONA CLEOPATRA

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal." Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu"
kata ibu.

"Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu" , ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.

Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun.

Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali.
Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, "cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.

Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan emapt group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai.
Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.
Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang.

Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.

Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.

Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab " tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga" Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil 'mbak', " kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku" tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. "wallahu a'lam" jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, "Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah?

Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini". Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.

Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi, Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir. "Mas tidak apa-apa" tanyanya dengan perasaan kuatir. "Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih" lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. "Mas airnya sudah siap" kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. "Mas aku buatkan wedang jahe" Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.

Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. " Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?" Tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. "Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas". " Biasanya dikerokin" jawabku lirih. " Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin" sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.

Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya." Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu" kata Ratu Cleopatra. " Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu". Aku mempersiapkan segalanya. Tepat puku 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.

Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba " Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya" kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. " Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya" lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.

Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.

" Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang" Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.

Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. " Maaf..maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana," lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. " Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. " Ya Mas!"
sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil "dinda". " Matanya sedikit berbinar. "Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah," ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.

Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. " Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?".
Hana begitu bahagia.

Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.

Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. "

Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.

Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.

Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.
Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. " Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu" kata ibuku. " Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?" sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.

Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis.

Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya" Mana tanggung jawabmu!" Aku hanya diam dan mendesah sedih. " Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta" gumamku.

Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, " Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no.pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita".

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya.
Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.

Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.

Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. "Apakah kamu sudah menikah?" kata Pak Qalyubi. "Alhamdulillah, sudah" jawabku. " Dengan orang mana?. " Orang Jawa". " Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?". "Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran". " Kau sangat beruntung, tidak sepertiku". " Kenapa dengan Bapak?" " Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang". " Bagaimana itu bisa terjadi?". "

Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dank arena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predkat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia.

Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantuk itu. Saya bersumpah tidak akan menikaha dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.

Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan YAsmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetpai saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi YAsmin.
Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir.

Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. KAmi langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan YAsmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta YAsmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali YAsmin tidak bisa.

Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi.
Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rending, saya harus ke warung. YAsmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.

Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya.
Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta YAsmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.

Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedy yang menyakitkan. " Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir".
Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.

Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku.
Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong.
Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang".

Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bualn aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.

Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke took baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur itu kutemukan kertas Merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong. Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi�?�ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya.
Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.

"Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba" tulis Raihana.

Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa" Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.

Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya.
Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau".

Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi Cintaku dengan Raihana.

Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. " Mana Raihana Bu?". Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.

" Raihanaï...istrimu. .istrimu dan anakmu yang dikandungnya" . " Ada apa dengan dia". " Dia telah tiada". " Ibu berkata apa!". " Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu.

Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya" .
Hatiku bergetar hebat. " kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?". "

Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi Maafkanlah kami".

Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.

Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua ........

SAHABAT

MEMILIH SAHABAT
Prof. DR. M. Quraish Shihab

[Moderator]:
Boleh sedikit saya berpendapat : Ada beberapa lingkungan yg sangat berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari. Yang pertama, yg paling dekat dgn kita adalah keluarga atau di rumah. Yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan di luar rumah yaitu di sekolah, teman,
atau yg palng dekat dgn kita adalah sahabat. Pada saat ini kita akan membicarakan bagaimana cara memilih sahabat yg baik.


[Pak Quraish]:
Saya ingin tanya dulu. Yang mana lebih disuka, saudaranya atau sahabatnya? [Saudaranya, jawab yang hadir]. Yang lain bagaimana?
[Kadang-kadang dgn sahabat, kita lebih bisa curhat, jawab yang hadir]. Itu kalau mau
jawaban yg lebih tepat.
Kalau memang mau berkata saudara, katakan : saya suka saudara saya kalau dia menjadi sahabat saya. Kalau saudara kita tidak menjadi sahabat, kita lebih suka sahabat daripada saudara, ya kan ?

Sahabat itu apa tho ? Kalau kita buka kamus besar bahasa Indonesia,
sahabat itu diartikan teman. Ada juga dikatakan "sahabat kental". Apa bedanya "teman" dan "sahabat kental" ? Si A adalah teman saya ke sekolah. Si A menemani saya ke pasar. Belum tentu dia sahabat kental saya. Kalau sahabat kental adalah orang yg begitu dekat kepada saya, yg boleh jadi tingkatnya sampai pada tingkat bahwa saya memberitahu rahasia saya.

Nah remaja-remaja ini punya teman-teman, kan ? Apakah semua diberitahu isi hati kita ? Tidak. Itu ada tingkat-tingkatnya. Ada teman yg kita beritahu rahasia-rahasia kita seperti pacar. Ada juga teman akrab tetapi tidak diberitahu rahasia kita. Ada juga kita bersama-sama
dgn dia, kita boleh jadi ada kerja sama tetapi hati kurang cocok. Sahabat itu bertingkat-tingkat. Ada lagi yang saya kenal tetapi saya tidak mau duduk dengan dia, tidak cocok rasanya, saya ngomong gini dia ngomong ke sana. Itu semua bisa dinamai teman. Tetapi dalam istilah
bahasa Indonesia, teman yg sangat dekat kita namakan itu sahabat kental.

Kalau kita merujuk pada kitab suci Al Qur'an. Istilah yg digunakan tentang teman/sahabat itu bermacam-macam. Ada "shohib" yg dalam bahasa Indonesia menjadi "sahabat", itu boleh jadi shohib ini tidak seide dengan kita. Tetapi karena dia menemani kita maka kita namakan sahabat dalam perjalanan.

Ada lagi yg lebih tinggi, AlQur'an menamainya "shodiq" dari kata "Shidq". "Shiddq" itu artinya "benar", "jujur". Naa, sahabat yg baik itu, yg lebih tinggi, adalah yg berkata jujur pada anda, yg sikapnya selalu benar pada anda. Itu bagus, lebih bagus daripada sekedar menemani.

Ada yg lebih tinggi lagi. Diistilahkan dgn "kholil". "Kholil" itu terambil dari akar kata bermakna "celah". Orang yg begitu dekat dgn anda, yg pertemanannya, yg persahabatannya, yg kasih sayangnya, masuk ke celah-celah qalbu anda. Itu dinamai "kholil". Ada ndak yg begitu ?
Perasaannya sudah sehati. Ketika Anda sakit dia ikut merasakan sakit.

Nah itu yg digambarkan bahwa sahabat kental itu adalah yg "dia adalah aku". Nah saya beri contoh. Pernah lihat di cermin ? Siapa yg dilihat di cermin ? Diri sendiri. Itulah kholil. Itu yg persis sama dgn anda. Apakah susah mendapat yg seperti itu ? Tapi itu boleh jadi ada. Kalau dalam sejarah Islam itu ada Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar. Suatu
waktu ada orang berkata, "Saya tidak tahu siapa khalifah, siapa kepala negara, apa kamu wahai Abu Bakar atau Umar ?". Abu Bakar menjawab, "Saya tetapi dia". Kan itu sama.

Sahabat bisa mempengaruhi kita. Karena itu katanya, pandai-pandailah memilih sahabat. Bukan teman, ya ? Bukan kenalan, ya ? Saya, kalau tidak kenal anda, saya bisa kenal anda dengan bertanya "siapa sahabatnya ?". Karena sahabat itu cermin. Dalam kata-kata bersayap,
"menyangkut seseorang, jangan tanya siapa dia, tetapi carilah siapa sahabatnya", karena sahabat itu cermin dari orang itu. Kalau sahabatnya baik, dia jadi baik. Kalau sahabatnya jelek, dia pasti terpengaruh jadi jelek juga. Jadi harus pandai-pandai memilih sahabat kita karena dia bisa mempengaruhi kita.

Naa saya beri contoh. Ini contoh dari nabi. Kalau anda bersahabat dgn penjual parfum / minyak wangi, bagaimana kira-kira ? Dikasih minyak wanginya atau paling tidak aromanya. Kalo berteman dgn tukang las, bajunya terbakar atau paling tidak aromanya.

Dalam AlQuran ada kata shodiq, shohib, kholil, ada lagi kata bithonah. Bithonah itu adalah orang yg kita beritahu rahasia kita. Ada lahir ada batin. Bathin itu apa artinya ? Bithonah berasal dari kata bathin, yg berarti dia tahu batin kita. Ada waliy yg artinya adalah orang yg mendekat. Kalo Allah berfirman, "Inamal waliyukumullahu wa rosuluhu walladzina amanu, alladzina yu'tuna
zakata...". Orang yg beriman itu "waliy"-nya, teman akrabnya adalah Allah, Rosul, dan orang-orang beriman. Itu temannya. Supaya dia terpengaruh dgn temannya.

Kita lihat lebih jauh. Sekarang kalau mau bersahabat -dalam pengertian bahasa Indonesia- apa sih tujuannya bersahabat ? Atau sebelum itu, perlu ndak kita bersahabat ? Perlu. Kenapa perlu ? Karena kita tidak bisa memenuhi semua kebutuhan kita. Jadi kita terpaksa,
"tolong dong". Yang kedua, hidup ini bisa senang bisa susah. Kalo senang sendiri, enak ndak ? [Tidak].
Naa perlu ada sahabat dong. Semakin banyak orang yg bergembira, semakin besar kegembiraan itu. Pernah sedih. Perlu ndak ada orang yg menghibur kesedihan kita ?
[Perlu]. Aaa kalau begitu kita perlu sahabat. Tapi jangan cari sahabat yg hanya waktu anda senang dia mau jadi sahabat. Ada kan yg begitu ?
[Ada]. Cari sahabat yg bisa menemani anda pada waktu senang dan pada
waktu susah.

Kita lihat lebih jauh. Kenapa bersahabat ? Ini macam-macam tujuannya.
Ada orang bersahabat karena ada kesenangan. Ooo saya bersahabat dgn si
A karena dia pandai main basket atau main bola. Sama-sama senang main
bola. Ooo ini tujuan bersahabatnya hanya mau senang-senang. Ada lagi
orang bersahabat karena ada kepentingan. Katanya, sebagian
politisi begitu. Ada maunya saja. Karena itu mereka berkata bahwa
tidak ada sahabat abadi dan tidak ada musuh abadi. Karena saya punya
kepentingan maka kita bekerja sama sekarang. Besok jika tidak ada
kepentingan, tidak akan bekerja sama.

Kalau mau bersahabat yg benar, carilah orang yg terus menerus bersama
anda memberi manfaat sampai di hari kemudian. Karena Al Qur'an
berkata, "Al akhilahu yaumaidzin ba'duhum li ba'din alu ilal
muttaqin", sahabat yg sekental apa pun yg sudah masuk kecintaannya ke
relung-relung qalbunya itu pada hari kemudian akan jadi bermusuhan
kecuali sahabat yg dijalin berdasarkan ketaqwaan kepada Allah.

Nah sekarang bagaimana kita cari sahabat ? Dulu Lukmanul Hakim,
disebutkan dalam Al Qur'an, pernah menasehati anaknya, "Nak, kalau
kamu mau cari sahabat, bikin dia marah terlebih dahulu", kaget kan ?
"Baru lihat, kalau dia tanggapannya itu adil, wajar, tidak
berlebih-lebihan, nah itu bisa dijadikan sahabat". Kalau baru sedikit
sudah marah, sudah memaki, wah harus berhati-hati. Kita kan bisa
salah. Begitu kita salah lantas dia marah luar biasa. Wah ini tidak
bisa menjadi sahabat. Itu nasehatnya Lukmanul Hakim.

Ada yg lain. Merujuk kepada hadist-hadist nabi. Kalau mau cari
sahabat, pertama, lihat terlebih dahulu apakah dia baik kepada
keluarganya & orang tuanya atau tidak. Kalau anak itu durhaka jangan
jadikan dia sahabat. Kedua, lihat bagaimana sikapnya terhadap materi.
Ooo ini dia baru mau kenal dgn saya kalau saya belikan dia es krim.
Kalau tidak dibelikan es krim, dia tidak mau
berteman. Ooo ini tidak bisa jadi teman dong. Lihat juga bagaimana
sikapnya tentang kedudukan, dan lain sebagainya.

Kemudian, lihat bagaimana aktivitasnya sehari-hari. Ooo dia itu main
melulu tidak pernah belajar. Apakah bisa dijadikan sahabat atau tidak ?
[Tidak bisa]. Ooo dia itu tidak sholat, dia itu tidak beragama dgn baik.
Lihat kegiatannya sehari-hari. Lihat bagaimana dia kalau anda salah.
Dia nasehati anda, dia betulkan anda, atau tidak. Aaa kalau ada yg
meninggalkan anda, itu tidak bisa menjadi sahabat.

Dan lihat keakrabannya dgn anda. Dikatakan, tidak mungkin terjalin
persahabatan antara satu penguasa dgn rakyat jelata walau pun
sebelumnya dia berteman, kalau orang yg berkuasa ini merasa dirinya
terlalu tinggi sehingga kalau ditegur dia marah. Bisa kan? Contoh, oo
tadinya dia teman saya, tapi begitu dia menjadi ketua OSIS, dia sudah
merasa gede, sombong, itu tidak bisa terjalin persahabatan. Tidak juga
bisa terjalin persahabatan kalau anda merasa minder. Ooo dia ini sudah
terlalu tinggi nih sehingga saya sudah tidak bisa menegur.

Persahabatan itu harus seimbang. Kita sama. Walaupun kamu kaya saya
miskin, kamu gagah saya tidak tampan, tapi kita kan sama-sama manusia.
Itu bisa terjalin persahabatan. Jadi kalau ada keangkuhan, tidak akan
terjadi persahabatan.

Itu tuntunannya. Jadi pilih-pilih. Lihat itu. Sebab kalau tidak, pasti dipengaruhi. Kita tidak bisa bertahan itu.

Sekarang, anda sudah punya sahabat. Bagaimana memelihara itu persahabatan itu ? Itu tidak gampang memelihara persahabatan. Ada orang pandai bersahabat tetapi tidak pandai memelihara persahabatan. Nah ada tuntunan agama bagaimana seseorang memelihara persahabatan. Dan kalau saya berbicara tentang persahabatan ini, itu bukan hanya antar anak-anak. Orang tua pun termasuk.

Yang pertama, dikatakan, jangan mencampurbaurkan antara serius dan canda. Biasa serius, dianggap bercanda. Biasa bercanda, dianggap serius. Itu kalau campurbaur, putus itu persahabatan. "Saya kan main-main nih, main-main maki anda, terus anda anggap serius".
[Diambil hati terus tersinggung]. Tersinggung kan ? Lha ini orang main-main saja. Anda tidak bisa memelihara persahabatan kalau mencampurbaurkan itu.

Yang kedua, biasa sahabat kita itu bisa bercanda, bisa juga serius dia marah. Kalau mau pelihara persahabatan, jangan jawab marahnya atau makiannya itu dgn makian yg serupa. Tapi bisa menjawabnya dgn bercanda kepadanya. Dalam hubungan suami istri misalnya kalau istri marah
jangan ikut marah tetapi peluk dia, cium dia, nanti ndak jadi marah. Jadi jangan dijawab dgn marah. Itu terpelihara. Ooo dia marah, dijawab dgn canda dgn muka ceria. Jadi harus ada satu yg mengalah.

Yang ketiga. Jangan sekali-kali berkata kepada teman anda, "Kamu bodoh". Dan jangan juga kalau dia memberi saran pada anda dan ternyata sarannya keliru terus berkata, "Ini gara-gara kamu nih". Biasa begitu? Itu tidak terpelihara. Jangan juga berkata kalau anda beri saran
pada dia lantas saran anda bagus, "Itu kan karena saya". Itu tidak terpelihara persahabatan.

Harus pandai mendengar. Kalau sahabat anda itu menyampaikan joke /cerita lucu dan anda sudah tahu, bagaimana caranya ? Jangan bilang, "Stop, itu saya sudah tahu tuh". Tidak bisa begitu. Terus saja mendengarkan. Ikut tertawa. Menjadi pendengar yg baik. Kalau tidak pandai mendengar, persahabatan tidak akan langgeng.

Jangan sekali-kali, menampakkan jasa anda kepada sahabat. Karena itu menjadikan paling tidak dia rendah diri. Kalau sudah berbeda, ada satu yg rendah diri, satu tinggi hati, tidak terjadi persahabatan yg tulus. Ya kan ?

Kalau sahabat anda senang, ikutlah senang. Itu adalah kewajiban bersahabatan. Kalau dia susah, ikut susah, yg demikian lebih wajib. Jadi jangan sekali-kali menampakkan kesedihan waktu dia senang. Jangan juga menampakkan rasa senang waktu dia sedih. Itu baru anda
bersahabat. Ini lagi susah, eh datang bercanda.

Persahabatan ini baru bisa langgeng sampai hari kemudian kalau sesuai dengan tuntunan agama. Karena itu di hari kemudian ada tujuh kelompok yg mendapatkan kedudukan yg tinggi di sisi Tuhan salah satu di antaranya adalah dua orang yg bersahabat karena Allah, bertemu dalam tuntunan agama, dan berpisah dalam tuntunan agama.

[moderator]:
Bagaimana pendapat bapak tentang persahabatan antara dua orang yg sudah tidak ada saling ketersinggungan dalam arti bercanda secara kasar tidak merasa tersinggung. Itu bagaimana ?

[Jawab]:
Saya kira itu bisa saja ada. Tetapi sekali-sekali, bisa juga ada rasa tersinggung. Jadi sebenarnya kita harus tetap menjaga. Bisa saja ada situasi yg membuat marah lantas putus. Jadi betapa pun, bercanda jangan berlebihan. Kalau serius, kita serius. Kalau bercanda, kita bercanda, tapi jangan berlebihan. Kalau bercanda dan dia tidak tersinggung, memang seharusnya begitu. Seperti panduan pertama, jangan campurkan antara bercanda dan serius.

[Tanya]:
Curhat. Sebatas mana dalam Islam dalam hal yg disampaikan. Mungkin kita menyadari agak sulit sekali untuk mencari sahabat sejati. Kita khawatir isi hati, rahasia sudah disampaikan, satu saat kita pecah misalnya, kita berpisah dan dia benci sama kita sehingga rahasia kita dibeberkan. Batasan-batasan dalam Islam itu sebatas mana rahasia kita bisa diungkapkan kepada orang lain.

[Jawab]:
Yang pertama dulu, jangan curahkan semua rahasia anda kepada orang yg anda tidak percaya. Itu sebabnya di dalam Al Qur'an dikatakan, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS. Ali Imran : 118). Bukan karena dia berlainan
agama atau berlainan bangsa dgn anda.
Tetapi karena orang itu -yg Allah larang sebagai tempat curhat- tidak segan-segan terus-menerus akan mencari keburukan kamu. Sudah jelas kebenciannya kepada kamu. Dari ucapan-ucapannya. Jangan sampaikan kepadanya.

Tetapi kalau anda yakin bahwa orang ini jujur, bisa dipercaya, dan beragama maka silakan curhat. Silakan sampaikan rahasia. Tapi syaratnya itu tadi. Dia orang yg terpercaya agamanya, dll.

Dan kalau dia terpercaya agamanya, tidak mungkin ia mengkhianati anda. Itu sebabnya juga yang paling banyak tahu kita itu, kalau dalam kehidupan suami istri, kan suami yg paling tahu istrinya dan istri yg paling tahu suaminya. Kalau terjadi perceraian, kalau dia beragama
(istri / suami) maka dia tidak akan beberkan keburukan suaminya/istrinya.

Jadi curhatlah kepada orang yg anda percaya. Dan sebelum sampai pada tingkat percaya itu ada proses. Sebelum bersahabat kan berkenalan dahulu. Setelah berkenalan ya berteman. Setelah berteman, teruji menjadi shodiq. Setelah shodiq menjadi khalil. Istilah lain selain itu di Quran adalah qorin. Teman yg selalu di mana-mana curhat-curhatan. Jadi bertingkat-tingkat.

[Tanya]:
Anak kecil bernama Gelar. Ada satu orang anak merasa cocok dgn anak yg lain. Mereka sudah bersama, selalu bareng, sudah dianggap sebagai sahabat. Tetapi mereka berdua itu berlainan agama. Itu bagaimana ?

[Jawab]:
Bagus ni pertanyaannya. Sebenarnya tidak ada halangan dalam ajaran Islam dalam bersahabat dengan siapa pun. Bahkan, kalau kita baca dalam Al Qur'an dalam masalah sahabat ini, ada perintah Allah di surah An Nisa, "Wa'budullah wala tusyriku bihi syai'an wabil walidaini
ihsana..... wa shohibi bil jambi". Kita disuruh berbuat baik kepada teman yg berdekatan dgn kita. Yang berdekatan ini boleh jadi yg berdekatan rumahnya, boleh jadi berdekatan sama-sama dalam perjalanan, dll. Tidak ada halangan untuk bersahabat. Tapi ingat, masing-masing harus saling menghormati, harus saling menjaga perasaan, masing-masing harus menjalankan agamanya dgn baik. Jangan sampai ada sifat-sifat buruknya mempengaruhi kita, itu yg terlarang. Karena itu tidak terlarang tetapi sebelum itu, sebelum akrab, yakinlah bahwa dia memberikan manfaat buat saya. Ooo saya bersahabat mau belajar bersama, boleh-boleh aja. Saya bersahabat mau pergi menonton bersama, boleh-boleh aja. Walaupun berlainan agama, berlainan bangsa, berlainan suku, selama tujuannya itu baik dan benar. Boleh saja. Saya juga punya banyak sahabat non muslim.

[Tanya]:
Katanya, kalau terlalu akrab dengan teman itu suka kalau ada gesekan sedikit, susah kembalinya. Apakah itu betul, pak?

[Jawab]:
Itu betul, kalau yg bersangkutan tidak memperhatikan syarat-syarat bagi pemeliharaan persahabatan. Ini tadi, akrab sekali tetapi canda dijadikan serius. Akrab sekali sampai tidak segan-segan berkata "kamu bodoh" di depan orang. Padahal untuk memelihara persahabatan tetap harus dijaga perasaan. Karena itu pula ada pesan bahwa semua yg melampaui batas itu buruk. "Khairul ummur al washad". Saya mau beri contoh. Berwudhu itu berapa kali? Tiga-tiga kali. Kalau misalnya ada air sungai, boleh ndak berwudhu empat-empat kali? Airnya ndak
habis-habis nih. Tidak boleh juga. Yang berlebih-lebihan itu buruk. Bercanda jangan berlebih-lebihan. Naa, bersahabat, bercinta, jangan juga berlebih-lebihan. Cintai kekasihmu sewajarnya, karena apa? Boleh jadi ia menjadi lawanmu suatu waktu. Musuhi musuhmu sewajarnya, boleh jadi ia menjadi sahabatmu suatu waktu. Moderasi itu, pertengahan itu
adalah yg baik. Semua yg ditengah, dala, hal ini baik. Boros jelek, pelit juga jelek. Ceroboh jelek, penakut jelek, nah di tengahnya itu adalah berani.

[Moderator]:
Pak Quraish, sedikit, ada beberapa pendapat bahwa ada pantangan berbisnis bersama sahabat karena aslinya ketahuan karena itu menyangkut materi.

[Jawab]:
Na kalau menyangkut materi ya begitu itu. Itu bisa saja terjadi. Karena persahabatannya bukan didasari keikhlasan, bukan didasari kepentingan yg lebih besar, tetapi didasari oleh keuntungan. Tapi kalau dia bersahabat secara tulus, boleh jadi dia justru memberikan sebagian keuntungannya untuk yg bersangkutan. Nah itu sahabat yg benar.

[Kesimpulan]:
Kalau kita mau pilih sahabat, saya ingin katakan, pandai-pandailah memilih sahabat. Carilah sahabat yg bisa memberi manfaat pada anda sebanyak mungkin dan selanggeng mungkin. Kemudian, pandai-pandailah memelihara sahabat. Banyak orang pandai bersahabat tetapi tidak pandai memelihara persahabatan itu. Nah persahabatan yg langgeng itu adalah
yg didasari oleh kepentingan yg langgeng pula bukan kepentingan sementara. Dan kepentingan yg langgeng itu tidak ada kecuali yg berdasarkan nilai-nilai ajaran agama. Mau materi, ga langgeng. Mau cinta/senang karena dia cantik, ga langgeng, karena kalo sudah tua jadi jelek tho.

[moderator]:
Mudah-mudahan buat kita semua yg ada di sini dan juga pemirsa di rumah bisa mendapatkan sahabat yg baik dan berpengaruh baik terutama untuk kita.

Keagungan Rasulullah

Rasulullah adalah manusia luar biasa, istimewa dan agung. Rasulullah tidak sekolah. Kalaulah Rasulullah sekolah tinggi ke Mesir atau ke Jordan tidak nampak agungnya. Memanglah hasil sekolah jadi pandai itu perkara biasa, tapi Rasulullah itu tidak sekolah. Sudahlah tidak sekolah, waktu itu Rasulullah wajib memimpin bangsa yang tidak sekolah yang mereka hanya tahu kambing dan unta sahaja iaitu orang Arab. Pakaian mereka comot-comot, tidak tahu kebersihan, tidak tahu bersuci, tidak ada kemajuan, tidak bertamadun. Kalau Allah hantar Rasulullah kepada bangsa Rom dan Parsi yang sudah maju di waktu itu, tidak nampaklah kebesaran Rasulullah. Orang yang sudah maju kemudian diajar dan menjadi pandai, itu tidak menghairankan. Tapi Rasulullah orang tidak sekolah, lalu dihantar kepada bangsa yang tidak sekolah, akhirnya jadi bangsa yang luar biasa, menguasai dunia, mengalahkan Rom dan Parsi. Luar biasa Rasulullah. Agungnya Rasulullah. Bahkan bukan sahaja agung di dunia tetapi juga di Akhirat.

Orang yang sezaman dengan Rasulullah dan bertemu dengan Rasulullah diberi satu gelaran yang tidak ada sebelum dan sesudah zaman itu iaitu Sahabat. Ini adalah gelaran yang sangat mahal. Nama Sahabat ini tidak ada sebelum dan sesudah zaman Rasulullah. Kalau sekarang kita cakap: "Ini sahabat saya". Itu bohong. Tidak ada sahabat selain murid Rasulullah. Siapa yang jadi murid Rasulullah itu digelar Sahabat.
Rasulullah sebut dalam Hadis :
1. "Sahabat-sahabat aku laksana bintang-bintang di langit, siapa yang mengikut mereka pasti dapat petunjuk"

2. "Sahabat-sahabat aku laksana bintang-bintang di langit. Mana satu di antara mereka, kalau kamu ikut, kamu akan dapat petunjuk"

Agungnya Rasulullah, istimewanya Sahabat Rasulullah. Kalau kita ikut salah satu dari sahabat termasuk yang tak terkenal kita pasti dapat petunjuk, betapalah kalau yang kita ikut Sayidina Omar. Kalau yang tidak terkenal itupun kita ikut pasti dapat petunjuk, gambarkanlah betapa hebatnya sahabat itu.

3 . "Sahabat-sahabat aku diampunkan kerana bersahabat dengan aku"

Bukan mereka tidak membuat dosa, tapi mereka diampunkan kerana bersahabat dengan Rasulullah, walhal sebelum itu mereka bangsa yang paling jahat. Contoh : Kerana seekor unta mereka berperang dan diwariskan perang itu turun temurun, hingga generasi yang hujung tak tahu lagi apa punca perang itu. Begitulah jahatnya bangsa Arab. Kalau akan kahwin, bapa calon pengantin perempuan minta kepada calon pengantin lelaki:

"Aku benci pada seseorang di hujung kampung ini, kalau kau nak kahwin dengan anak aku, bawa kepala orang itu kepada aku"

Si calon pengantin lelaki sanggup buat. Begitulah jahatnya bangsa Arab.

Kalaulah Rasulullah dihantar kepada bangsa Rom dan Parsi itu tidak hairan, hanya hendak tambah `power` sedikit untuk kuasai dunia itu tak istimewa. Begitulah mulianya Rasul saw dan sahabatnya. Yang paling malang ialah orang yang hidup di zaman Rasul saw, hidup dengan Rasul saw, jumpa Rasul saw, tapi menentang. Orang yang menentang Rasul saw di zaman ini tak sama dengan yang menentang Rasul saw di zaman itu. Nisbah penjara dunia, kalau zaman sekarang kena 10 tahun, yang zaman Rasul saw kena 100 tahun.

Kita rasa malang tak hidup zaman Rasul saw, itu yang kita rasa. Kalau ikut perangai kita yang ada sekarang ini, kalau kita hidup zaman Rasul saw, jangan-jangan kitalah penentangnya. Tuhan tahu kalau hidup zaman Rasul saw kita menentang, nasib baik kita tak hidup di zaman itu. Jadi berbahagialah sahabat-sahabat yang dapat keagungan dunia akhirat. Dunia dan syurga Tuhan bagi pada mereka.

Selepas sahabat, generasi berikutnya ialah tabiin. Tabiin ialah orang yang tak hidup bersama Rasul saw tapi dia belajar dan Islam ditangan sahabat tapi tak jumpa Rasul saw.

Generasi yang berikutnya Tabiut Tabiin, hidup sezaman dengan Tabiin, bertemu dengan Tabiin dan Islam di tangan Tabiin.

Zaman Sahabat, Tabiin, Tabiut Tabiin satu abad. Selepas satu abad tak ada disebut lagi orang tadi dengan nama-nama tertentu. Namun selama 3 abad/kurun, kebanyakan manusianya masih tergolong orang-orang baik. Jadi 3 generasi ini bertuahlah, tak sebut lagi orang-orangnya secara tertentu tapi masih disanjung.
Rasul saw masih menyebutnya:
" Sebaik-baik kurun adalah kurun aku, kemudian kurun yang mengikutinya dan kurun yang mengikutinya."

Tiga kurun ini di gelar salafussoleh. 300 tahun Rasul saw jamin, umumnya mereka baik-baik dan soleh-soleh. Mungkin setiap 1000 orang, dua tiga orang sahaja yang jahat. Dalam masa 300 tahun itulah kehidupan aman, damai, harmoni, bahagia, makmur. Waktu zaman Salafussoleh orang miskin lagi senang dibanding orang kaya di masa itu. Pada orang yang miskin, ramai orang hantar makanan sampai 20 jenis makanan. Tiap orang mahu tolong orang miskin, sedangkan orang kaya tak ada siapa hantar, makanlah 3 jenis lauk. Dalam masyarakat salafussoleh orang miskin lagi senang dari orang kaya. Sebab itu dunia Tuhan serah pada mereka, waktu itulah lahir orang-orang hebat seperti Umar bin Abd Azis, Hasan Basri, Rifai, Nasai, Syafie, Abu Hasan Asaari, Auzai, dan lain-lain
Selepas 300 tahun walaupun umat Islam menguasai dunia tapi oleh kerana tak disebut Rasul saw jadi tak berkat, pecah belah, umat Islam jadi bermacam-macam kerajaan tak rujuk pada satu pimpinan walaupun atas nama Islam, masih menguasai dunia. Sudah timbul 4-5 kerajaan. Datanglah kemurkaan Tuhan, selepas 700 tahun makin teruk, laknat Tuhan pun datang. Tuhan datangkan musuh menguasai, orang Barat datang menjajah negara umat Islam hinggalah ke hari ini. Walaupun sudah merdeka tapi hakikatnya masih terjajah.

Kita sebagai umat Islam kena faham sejarah ini. Kita tak sezaman dengan sahabat, dengan tabiin, tabiut tabiin, tapi kita ada khabar gembira untuk akhir zaman. Islam akan bangkit di Timur untuk orang Melayu. Jadi khabar gembira ini kita alu-alukan.

Tuhan berjanji melalui lidah Rasul saw, di akhir zaman Islam akan bangkit kali kedua lebih besar dari kali pertama. Rasul saw diberi jaminan, yang mana agar layak menguasai dunia, Tuhan akan lahirkan ikhwan dan asoib. Kalau tak lahir ikhwan dan asoib tak layak kuasai dunia. Ikhwan dan asoib tidak ada di zaman-zaman lain sekalipun di zaman sahabat. Ikhwan dan asoib lahir di tangan Imam Mahdi dan Putera Bani Tamim.